Minggu, 08 Juli 2012

Jenius dan gila itu beda tipis

Kali ini artikel Copast..
Eit jangan ditutup dulu, baca sampe habis biar enggak nyesel Gan :D


Jangan dulu marah jika tiba-tiba Anda disebut gila. Antara gila dan jenius, ternyata tipis batasnya. Tidak Percaya? Sebuah pusat kajian ilmiah yang berbasis di Swedia, Karolinska Institute, menyatakan demikian.
Laporan tentang hasil studi yang ‘menyamakan’ si jenius dan si gila ini antara lain ditayangkan oleh laman jurnal ilmiah The Local. Dalam laporan ini dikemukakan bahwa dalam banyak hal, proses kerja otak orang jenius memiliki kesamaan dengan otak orang sakit jiwa atau penderita skizofrenia.
“Kami sudah mempelajari otak manusia dan salah satu tipe reseptor yang bernama dopamine. Di sini terlihat sistem dopamine orang yang sangat kreatif, sama dengan dopamine penderita scizofrenia,” kata Dr Fredrick Ullen, peneliti yang memimpin studi tersebut.
Penelitian ini, kata dia, menjadi bukti bahwa tidak ada batas yang jelas antara manusia jenius dan orang gila. Satu-satunya hal yang secara jelas membedakan di antara keduanya, kata dia, hanyalah kreativitas.
Sedangkan persamaan menonjol di antara otak orang gila dan orang jenius adalah keduanya sama-sama memiliki kemampuan yang rendah dalam memfilter informasi yang diterimanya. Kondisi tersebut, kata Ullen, membuka peluang yang sangat besar bagi munculnya pemikiran-pemikiran kreatif.
Banyaknya informasi yang masuk tanpa melalui penyaringan, dinilainya, berpotensi menciptakan logika-logika baru yang sulit dimunculkan oleh otak manusia pada umumnya.
“Berpikir di luar kotak, atau thinking OUT OF THE BOX bisa jadi terjadi karena kemampuan otak yang tidak utuh,” imbuh Ullen seperti dikutip The Local. Jadi, jika Anda disebut gila, bisa jadi sebenarnya Anda manusia jenius lho.
Sempat kaget juga ketika membaca artikel di atas. Kok bisa? Tapi kalau dilihat beberapa orang yang dianggap jenius, awalnya juga dianggap gila oleh orang-orang di sekitarnya. Bisa kita lihat Einstein, Tesla, dan Edison nyaris tidak ada yang punya masa kecil yang dianggap normal.
Mungkin kita akan terpana kepada kisah hidup John Nash. Sempat didakwa mengidap skizofrenia akut, namun justru dia berhasil meraih nobel di bidang ekonomi karena teori permainan dan geometri diferensial-nya. Tak heran jika kisah hidupnya berhasil difilmkan.
Kesimpulan utamanya, jangan pernah membatasi pikiran kreatif sesorang. Jangan buru-buru mengecap aneh atau bahkan gila kepada seseorang hanya karena dia melakukan hal yang tidak biasa orang lain lakukan. Seperti yang digembar-gemborkan oleh para trainer, Edison tidak akan menemukan bahan lampu yang tepat jika dia berhenti di kegagalannya yang ke 99. Yap berfikirlah kreatif, namun sebagai insan yang beragama, jangan lupa tetaplah berada dalam koridor agama tersebut.
Sumber : http://arifdwijanarko.wordpress.com/2012/07/08/jenius-atau-bodoh/


Mari saling berbagi ilmu,
contact  me on
@DevinaRK11 (on twitter)
or
Devina Rizka Kusuma (on FB)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar