Minggu, 01 September 2013

MISS WORLD, Lambang kebebasan yang MELECEHKAN WANITA

            Ajang Miss World tentulah tak asing ditelinga kita, terutama kontrovesi yang ada didalamnya karena tahun ini akan di Bali, Indonesia. Awalnya semua sangat menarik, ajang ini tidak hanya mempromosikan arawisata Indonesia tapi juga mengenalkan kebudayaan Indonesia. Tapi benarkah semua dampak itu?
           Mari kita lihat Sejarah Miss World. Ajang Miss World sendiri berawal dari kontes kecantikan yang pertama kali diadakan oleh dunia. Miss World pertama kali diselenggarakan di Inggris, oleh Eric Morley pada tahun 1951. Pada awalnya, kontes ini dilator belakangi oleh pengenalan pakaian bikini pada saat itu, sehingga diawal penyebutan ajang ini yaitu sebagai kontes bikini. Hal ini sama persis dengan Miss Universe, milik pengusaha Amerika, Donal Trumph, dimana awal berdirinya untuk memperkenalkan produk bikini yang bermerek catalina. Ajang kontes pakaian bikini ini oleh media kemudian disebut sebagai Miss World. Setelah kematian Eric, kontes ini ditangani oleh istrinya yang bernama Julia Morley pada tahun 2000. Di tangan Julia, kontes ini berkembang menjadi bisnis waralaba global. Miss World yang berpusat di London ini membuat waralaba (franchise) ajang tersebut dan sudah dibeli di 130 negara, dan meraup keuntungan mencapai 450 juta dolar amerika.
            Dilihat dari sejarahnya yang menjadikan Miss World kontes kecantikan tentulah ini sangat tidak pantas, wanita dinilai dari bentuk tubuhnya dan diminta berlenggak lenggok menggunakan pakaian super minim serta memamerkan lekuk tubuhnya pada publik. Tak mengherankan penonton Live Miss World dan Miss Univers lebih banyak laki-laki, entah mengapa padahal seharusnya ajang ini menjadi acara yang sangat “Wanita sekali” tetapi justru lebih menyedot perhatian kaum adam. Lalu apa yang membuat para kaum adam ini besemangat untuk datang? Apakah karena kecerdasan para kontestan? Intelektualnya? Saya rasa tidak. Mengapa? Sekarang mari kita berfikir, puluhan kontestan wanita berpakaian super minimbahkan hamper tanpa busana,bukankah itu menarik bagi kaum adam?
            Hal ini sungguh sangat menyedihkan, mengingat kita hidup dijaman serba modern yang seharusnya mengantarkan moral tertinggi yang memuliakan manusia justru mengumbar tubuh mereka. Lalu apa beda kita dengan manusia purba yang teringgal peradabannya? Kebebasan yang digembar gemborkan sebagai hak mutlak manusia justru akan menggali kubur manusia itu sendiri. Bagaimana tidak, cara berfikir kita dibuat lupa akan tata moral.  Tubuh wanita dianggap sebagai seonggok daging yang bisa dinikmati semua mata-mata lapar.
            “kontes ini berkembang menjadi bisnis waralaba global.” Ya, wanita seolah diagung-agungkan, diangkat derajatnya padahal sesungguhnya dalam ajang ini wanita hanya sebagai media bisnis. Para wanita tidak sadar bahwa mereka hanya dimanfaatkan ibarat barang yang dipamerkan sana sini untuk meraih keuntungan suatu pihak. Saya pribadipun sebenarnya bingung, jika ajang ini untuk memuliakan wanita seharusnya justru menjaga kehormatan wanita, penilaian bukan pameran fisik tetapi hanya fokus pada prestasi, kecerdasan dan akhlak. Fungsi dari ajang seperti inipun juga tidak jelas, maaf menurut saya paling pol mereka akan menjadi bintang iklan. Tidak berefek dan justru melecehkan posisi wanita!

 #TolakMissWorld

Share jika kamu peduli dengan kehormatan wanita

Mari berkawan dan berbagi ilmu ^_^
find me on twitter @DevinaRK11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar